Del Asri, Johansyah Lubis[1] dan Zainal Arifin[2]
Jurnal Pendidikan Jasmani Volume 6 No 2 Nopember 2007 ISSN 1693-0517
RINGKASAN
Penelitian Ini bertujuan untuk menyusun tes keterampilan teknik dasar bola basket mini yang diharapkan memiliki koefisien validitas dan reliabilitas yang tinggi, dan norma pada anak usia 10-13 tahun puteri. Penelitian yang dilaksanakan di gelanggang olahraga remaja Balai Rakyat Jakarta Timur pada bulan Juni – September 2005. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan teknik korelasi. Populasi berjumlah 50 orang siswi dengan teknik pengambilan purposive sampling.
Pengambilan data menggunakan tes yang sudah dimodifikasi dari Johnson Battery Test Passing 10 bola dengan melemparkan ke target yang sudah diberi angka-angka, dribbel circle sepanjang garis three point dan lebar 1 meter ke arah luar garis mulai dari garis start sampai finish di start awal kembali dan shooting under basket yang dilakukan sebanyak 10 kali.
Hasil analisis data menunjukan bahwa pengukuran instrumen tes bola basket tersebut memiliki validitas, reliabilitas, dan norma. Tes melempar bola dengan nilai reliabilitas 0,73, tes menggiring bola dengan nilai reliabilitas 0,72, tes menembak dengan nilai reliabilitas 0,69, dan tes instrumen tes bola basket dengan nilai reliabilitas 0,73. Dan validitas yang berhubungan dengan para ahli (face validity), keterangan yang menyatakan valid dari para ahli.
Kata Kunci: Keterampilan Bola Basket Mini, Johnson Battery Test
PENDAHULUAN
Permainan bola basket pada zaman sekarang ini banyak sekali peningkatan dan semakin banyak digemari oleh masyarakat, khususnya di Indonesia bahkan telah menjadi trend setter bagi kalangan remaja-remaja. Walaupun bola basket adalah olahraga untuk kalangan muda dengan mayoritas pemain adalah kaum pria, namun sekarang bola basket juga dimainkan oleh wanita dan anak-anak yang akan menginjak masa remaja serta dari segala usia dan ukuran tubuh bahkan oleh mereka yang cacat fisik. Dikalangan pelajar baik itu dari tingkat Sekolah Dasar, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama dan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas bahkan tingkat Mahasiswa permainan bola basket banyak digemari.
Bola basket ditemukan pada Desember 1891 oleh Dr. James Naismith, seorang anggota Sekolah Pelatihan YMCA di Springfield, Masschusetts (sekarang dikenal dengan nama Springfield College). Naismith merancang bola basket sebagai jawaban atas tugas yang diberikan oleh Dr. Luther Gulick, direktur Departemen Pendidikan Fisik, yang menugaskan untuk membentuk suatu permainan seperti sepakbola atau lacrosse yang dapat dimainkan dalam ruangan selama musim dingin (Hal Wissel, 2000:1).
Permainan bola basket memerlukan kerja sama tim dan keterampilan individu yang didalamnya terkandung unsur-unsur yang sangat diperlukan bagi pemain bola basket itu sendiri. Unsur-unsur tersebut yaitu, kekuatan, kecepatan, ketepatan, daya tahan, daya ledak, keseimbangan, dan sebagainya. Sedang untuk keterampilan skill, pemain itu sendiri harus menguasai teknik dasar dari bola basket yakni, mengoper (passing), menembak (shooting), menggiring (dribble) dan merajah (rebound). Hal Wissel (2000:1) mengatakan bahwa dewasa ini permainan bola basket menjadi olahraga yang paling berkembang pesat di dunia.
Anon (1991:198) menjelaskan tentang beberapa faktor yang mempengaruhi permainan ini, yaitu: Bola basket adalah jenis permainan yang mudah dipelajari, tetapi tidak pernah dapat dikuasai dengan sempurna, (2) Tempat bermain dapat dilakukan dilapangan berumput atau lapangan terbuka atau dalam ruangan tertutup atau gedung olahraga, (3) Masing-masing regu hanya memerlukan 5 (lima) orang pemain, bahkan di halaman rumah dengan memasang satu ring basket di garasi atau tembok permainan ini dapat dilakukan, (4) Jenis olahraga ini menuntut perlunya melakukan latihan yang baik sekali dalam membentuk kerjasama, dan (5) Penonton dapat melihat banyak hal, melalui tembakan yang bervariasi, penguasaan bola yang mempesonakan, terobosan yang fantastik, penuh tipu daya dan silih berganti yang terjadi antara regu satu dengan lawannya.
Permainan bola basket haruslah diperkenalkan sejak usia dini, karena pada masa anak-anak pertumbuhan fisik maupun mentalnya sudah matang. Pertumbuhan yang tampak jelas adalah pertumbuhan panjang lengan dan kaki, koordinasi antara tangan dan mata serta kaki dan mata, bertambah baik pula. Keberanian juga lebih berkembang. Hal ini terjadi baik pada anak laki-laki maupun perempuan.
Dalam hal ini permainan bola basket banyak mengalami perubahan-perubahan yang sangat mendasar, yakni dengan adanya permainan bola basket mini. Permainan bola basket timbul karena ada kesadaran bahwa untuk menjadi seorang pemain yang besar dan hebat haruslah dilatih sejak kecil. Maka diciptakanlah permainan bola basket dengan alat, fasilitas serta peraturan yang benar-benar sesuai dan dikondisikan untuk anak-anak. Dengan tujuan agar mengenal dasar-dasar bola basket sedini mungkin. Selain itu juga dididik para calon pelatih dan wasit dalam kelompok umur yang sama dengan pemainnya sendiri. Ini penting karena membantu mereka membentuk rasa tanggung jawab dalam umur yang muda.
Permainan bola basket mini ini berkembang pada tahun 1960 di Eropa, yang khusus diciptakan untuk anak usia 8-13 tahun, guna menyiapkan fisik serta menanamkan disiplin atas dasar hormat dan patuh pada peraturan. Menghormati lawan dan diri mereka sendiri juga merupakan salah satu perasaan yang bisa dibina melalui olahraga ini. Kunci dari permainan bola basket mini ini, bagaimanapun juga bukanlah suatu eksklusivisme menyiapkan seorang anak sebagai pemain basket professional, tetapi membuatnya menjadi suatu kegiatan yang edukasional dan dapat dinikmati oleh anak-anak tersebut.
Bola basket mini merupakan versi bola basket yang diperkecil skalanya. Ukuran lapangan yang dipergunakan adalah 26 X 14 meter, tetapi ukuran itu tidak mutlak. Ukuran bola biasa digunakan diameter 68-73 cm, dan berat bola 450-500 gram. Keranjang yang diletakan pada tiang setinggi 2,6 meter dengan ukuran lebar papan belakang keranjang 1,2 meter dan tinggi 0,9 meter. Secara umum peraturannya sama saja dengan bola basket biasa, setiap pemain atau anggota kelompok diharuskan bermain paling sedikit satu kali dalam periode itu, tiap periode masing-masing 10 menit.
Dengan ditemukannya permainan bola basket dengan menggunakan bola berukuran kecil, anak-anak dapat bermain bola dengan baik dan bisa berprestasi ke arah yang lebih tinggi lagi.
METODE PENELITIAN
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1) Nilai koefisien validitas dan reliabilitas tes keterampilan bola basket mini passing, shooting, dribble pada anak usia10-13 tahun puteri. 2) Norma tes keterampilan bola basket mini passing, shooting, dribble pada anak usia 10-13 tahun puteri.
Penelitian ini dilakukan di Gelanggang Olahraga Remaja (GOR) Balai rakyat Condet Jakarta Timur. Waktu penelitian (pengumpulan data) ini dilakukan pada Juli – September 2005. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah anak puteri yang berumur 10-13 tahun yang berada di club bola basket CP Perumnas, Jakarta Timur. Sampel pada penelitian ini berjumlah 50 puteri. Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling.
Instrumen penelitian ini adalah tes keterampilan Jhonson Battery Tes yang dimodifikasi oleh penulis. Dengan masing-masing butir-butir tes sebagai berikut: 1) Passing: Ketepatan menembak target dengan jarak 3 meter, 2) Shooting: Tes Under Basket Shoot dilakukan sebanyak 10x tembakan, 3) Dribble: Tes “three point half-circle” dribble.
HASIL PENELITIAN
Deskripsi data yang disajikan adalah deskripsi penyusunan instrumen tes keterampilan bola basket mini Jhonson Battery Tes, yaitu passing, shooting dan dribble. Berikut adalah penyajian deskripsi data modifikasi Jhonson Battery Tes, meliputi nilai terendah, nilai tertinggi, rata-rata, simpangan baku dan varians.
Berdasarkan data penelitian, yaitu sebanyak 50 anak puteri didapat rentang skor dari 17 poin sampai 29 poin. Dari data tersebut diperoleh rata-rata passing 10 bola sebesar 22,14 dan simpangan baku sebesar 2,87.
Shooting Under Basket 10 Bola: berdasarkan data penelitian, yaitu sebanyak 50 anak puteri didapat rentang skor dari 1 poin sampai 9 poin. Dari data tersebut diperoleh rata-rata shooting 10 bola sebesar 5,8 dan simpangan baku sebesar 1,93.
Dribble Half Circle Three Point: berdasarkan data penelitian, yaitu sebanyak 50 anak puteri didapat rentang skor dari 12,98 detik sampai 25,15 detik. Dari data tersebut diperoleh rata-rata dribble sebesar 18,66 detik dan simpangan baku sebesar 3,04.
Data hasil perhitungan diperoleh nilai validitas dan reliabilitas dari masing-masing item tes. (1) Passing 10 bola nilai validitasnya 0,65 dan nilai reliabilitasnya 0,72. (2) Shooting 10 bola nilai validitasnya 0,64 dan nilai reliabilitasnya 0,68. (3) Dribble nilai validitasnya 0,82 dan nilai reliabilitasnya 0,72. Keseluruhan tiga item tes memiliki nilai validitas dan reliabilitas sebesar 0,73.
Agar keterampilan bola basket mini usia 10-13 tahun puteri melalui modifikasi Jhonson battery tes mudah untuk digunakan maka disusun norma dengan menggunakan persentil range.
Tabel 1. Persentil Passing, Shooting dan Dribble Norma
No. | Percentil Range | Passing | Shooting | Dribble |
1 | 100 | 29 | 9 | 12.98 |
2 | 90 | 26 | 8 | 14.55 |
3 | 80 | 24 | 7 | 15.59 |
4 | 70 | 24 | 7 | 17.13 |
5 | 60 | 23 | 7 | 17.94 |
6 | 50 | 22 | 6 | 18.59 |
7 | 40 | 22 | 6 | 19.56 |
8 | 30 | 20 | 5 | 20.42 |
9 | 20 | 19 | 4 | 20.91 |
10 | 10 | 18 | 3 | 23.16 |
Dari perhitungan persentil range maka dapat disusun tabel norma secara sederhana sebagai berikut:
Tabel 2. Kategori Norma
No | Kategori | Skor Total Persentil Range |
1 | Sangat Baik | > 243 |
2 | Baik | 183-242 |
3 | Cukup | 123-182 |
4 | Kurang | 63-122 |
5 | Sangat Kurang | < 62 |
PEMBAHASAN
Bola basket mini merupakan bentuk permainan olahraga dari hasil modifikasi bola basket yang disesuaikan dengan siswa Sekolah Dasar, hal ini seperti arti Bola Basket mini, yaitu suatu permainan yang didasarkan atas bola basket bagi anak laki-laki atau perempuan yang berumur dua belas tahun atau kurang (Anon, 2000:11).
Sedangkan menurut pendapat lain Bola Basket Mini merupakan suatu bentuk penyederhanan peraturan kegiatan jasmani guna memberikan pengalaman gerak siswa-siswi Sekolah Dasar yang sesuai dengan tingkat kematangan kognitif dan motorik siswa (Matakupan, 1995:100).
Permainan bola basket ini hendaknya dianggap sebagai olahraga yang dapat diajarkan sejak anak masih kecil. Para guru sering kali menunda mengajarkan olahraga ini sampai anak mencapai usia tigabelas atau empatbelas tahun. Cara berpikir terbaru mengenai bidang pendidikan menyebabkan olahraga bola basket ini menjadi populer disekolah-sekolah, dimana anak laki-laki dan wanita dapat bermain bersama dalam suatu team. Kecekatan anak-anak wanita dalam menangkap bola, dan kegesitan serta kelincahan anak laki-laki dalam permainan ini menyebabkan bola basket menjadi suatu permainan yang sangat menarik.
Mini bola basket ini persis sama dengan apa yang disebut “biddy bola basket” yang banyak dimainkan di Amerika oleh anak-anak berusia antara delapan sampai duabelas tahun. Yang digunakan adalah bola yang berukuran lebih kecil dan ringan (Vic Ambler, 2000:8).
Mini basket, seperti yang terkandung dalam namanya, merupakan versi bola basket yang diperkecil skalanya. Ukuran lapangan yang digunakan adalah 26 X 14 meter (tidak mutlak). Boleh saja tergantung situasi lapangan sekitarnya. Perbandingan ukuran seperti yang disebutkan harus selalu jadi patokan. Para pemainnya pun hendaknya berusia tiga belas (13) tahun kebawah pada tahun pelajaran baru (Vic Ambler, 2000:8).
Bola basket mini kaya akan unsur-unsur keterampilan dasar, aktifitas fisik, pengembangan rasa sosial dan disiplin dalam regu yang berguna bagi anak tersebut yang terlibat.
Menyiapkan anak untuk berolahraga pada umumnya memberi mereka semangat akan suatu keberhasilan dan kegembiraan dalam kehidupan berolahraga (Vic Ambler, 2000:8). Menurut Imam Soejoedi (1978:72), bola basket mini itu merupakan suatu permainan untuk anak yang berumur 12 tahun kebawah, karena permainan bola basket mini tepat sekali diajarkan di Sekolah Dasar. Bola basket mini diajarkan bertujuan agar anak-anak memperoleh dasar-dasar permainan bola basket dan juga anak-anak gemar akan permainan bola basket.
Permainan bola basket mini ini dirancang untuk memperkenalkan bola basket sebagai salah satu sarana rekreasi yang menyenangkan bagi anak-anak. Meskipun disebutkan mini, akan tetapi dalam memainkan bola dalam kegiatan tersebut tidak jauh berbeda dengan permainan dilaksanakan oleh orang dewasa. Artinya aktivitas gerak yang dilakukan kaya akan bentuk-bentuk kegiatan jasmani. Hal ini seperti dijelaskan dalam peraturan bola basket mini yang dikeluarkan oleh PERBASI, bahwa Bola Basket Mini adalah bentuk pengalaman gerak yang kaya dan unik untuk anak laki-laki dan perempuan guna diperkenalkan kepada bola basket, meratakan jalan untuk keterlibatan mereka dalam olahraga itu. Didasari pada prinsip-prinsip pendidikan yang memberikan mereka kesempatan untuk perkembangan fisik, intelektual, emosional anak-anak (Anon, 2000:8).
Permainan bola basket mini pada dasarnya memberikan sarana pengalaman gerak yang disesuaikan dengan tingkat perkembangan dan pertumbuhan intelektual, motorik siswa Sekolah Dasar. Selain daripada itu guna memperkenalkan siswa terhadap jenis permainan olahraga sehingga dalam berbagai kesempatan dapat melakukannya. Permainan bola basket mini memiliki ciri-ciri antara lain: 1) ukuran lapangan, 2) jumlah pemain, 3) waktu bermain (Imam Sodikun, 1992:11-16).
Permainan bola basket mini dilaksanakan dilapangan dengan bentuk dan ukuran yang sesuai dengan tingkat aktivitas siswa Sekolah Dasar. Bentuk lapangan yang digunakan permainan tersebut persegi panjang dengan ukuran panjang 28 meter dan lebar 15 meter. Titik tengah lapangan tersebut dibuat garis untuk memisahkan regu dalam permainan. Di kedua ujung lapangan ditempatkan tiang keranjang basket dengan tinggi 2.60 meter diatas lantai. Papan pantul dengan ukuran mendatar 1,20 dan 0,90 meter untuk ukuran tegak lurus dan vertikal. Masing-masing keranjang berdiameter 0,45 meter (Imam Sodikun, 1992:12-13).
Bola basket merupakan salah satu jenis olahraga yang diselenggarakan secara beregu. Permainan bola basket mini dimainkan oleh dua regu dimana masing-masing regu terdiri dari 5 pemain diatas lapangan dan 5 pemain cadangan atau pengganti. Waktu permainan dalam bola basket terdiri dari dua babak yang masing-masing babak waktu permainannya 20 menit, dengan istirahat 10 menit.
Berdasarkan hal tersebut, maka permainan bola basket mini adalah salah satu permainan yang disesuaikan dengan tingkat perkembangan dan pertumbuhan siswa Sekolah Dasar dengan memodifikasi ukuran lapangan dan waktu permainan.
Keterampilan bola basket yang diterapkan pada anak-anak berusia 12 tahun kebawah adalah sama dengan orang dewasa. Keterampilan dasar yang diajarkan pada anak-anak antara lain: 1) teknik melempar dan menangkap, 2) teknik menggiring bola, 3) teknik menembak.
Melempar dan menangkap merupakan salah satu skill dasar dalam permainan bola basket yang sangat dibutuhkan oleh setiap pemain, sebab hampir sebagian besar permainan bola basket menggunakan lemparan dan tangkapan. Untuk menguasai keterampilan tersebut, diperlukan penguasaan gerakan sehingga sasaran yang diinginkan dapat tercapai.
Dalam hal ini melempar bertujuan untuk memberi operan kearah teman. Passing yang baik adalah melakukan operan kearah sasaran yang diinginkan. Menurut Imam Sodikun (1992:48), istilah melempar mengandung pengertian mengoper bola dan menangkap bola berarti menerima bola. Kegiatan ini dapat berlangsung silih berganti, maka selalu dilakukan berteman biasanya disebut juga Operan.
Operan dalam permainan ini dapat diperhatikan yang khusus. Pada umumnya operan ini dilakukan dengan cepat, keras tetapi tidak liar, sehingga dapat dikuasai oleh kawan yang akan menerimanya. Operan juga dapat dilakukan dengan lunak, tetapi tergantung pada situasi keseluruhan. Operan juga dapat dilakukan dengan gerak tipu dahulu, yaitu dengan berpura-pura akan melempar kearah tertentu, tapi tiba-tiba beralih kearah lain.
Menurut Marta Dinata (2003:6) mengoper bola harus dilakukan dengan gerakan cepat dan langsung. Pemain harus mengkonsentrasikan diri dalam menggunakan sebelah atau dua belah tangan dalam mengoper kepada teman. Posisi mengoper bola dapat dilakukan dari arah rendah ataupun dari ketinggian di depan tubuh.
Ada bermacam-macam teknik dalam mengoper, yaitu: 1) operan dada, 2) operan dari atas kepala, 3) operan pantulan, 4) operan samping, 5) operan lengkung samping (Imam Sodikun, 1992:49-54).
Operan dan tangkapan yang baik penting bagi permainan tim itu sendiri, dan keahlian seperti itulah yang membuat bolabasket menjadi permainan tim yang indah. Operan adalah keahlian paling dasar yang sering diabaikan (Hal Wissel, 2000:71). Pemain jarang berlatih operan karena kurang mendapat perhatian orang dibanding si pencetak skor.
Kegunaan khusus operan adalah untuk: 1) mengalihkan bola dari daerah padat pemain, 2) menggerakan bola dengan cepat pada fast break, 3) membangun permainan yang ofensif, 4) mengoper ke rekan yang sedang terbuka (tanpa permanan lawan) untuk penembak, serta 5) mengoper dan memotong untuk melakukan tembakan sendiri (Hal Wissel, 2000:71).
Kemampuan menggiring (dribble) bola basket merupakan salah satu keterampilan yang penting dan mutlak yang harus dikuasai oleh setiap pemain, dan tentang menggiring bola basket menurut Imam Sodikun (1992:57), menggiring adalah salah satu cara yang diperbolehkan oleh peraturan untuk membawa lari ke segala arah. Seorang pemain boleh membawa bola lebih dari satu langkah, asal bola sambil dipantulkan, baik berjalan maupun berlari.
Yang disebut dengan dribbling adalah gerak memantulkan bola ke lantai dengan satu tangan, baik pada saat pemain sedang berdiri di tempat maupun bergerak. Dribling berakhir apabila bola dipegang atau dioperkan oleh pemain, begitu pula apabila hanya dipegang sebentar saja pada saat dribble tersebut dan dribbling tidak boleh dilakukan dua kali berturut-turut (Gerhard Stocker, et.al., 1988:11).
Sedangkan Imam Soejoedi (1978:29) menjelaskan menggiring adalah suatu usaha untuk membawa bola ke depan. Kegunaan menggiring bola adalah: 1) cepat menuju basket, 2) menyusup pertahanan lawan, 3) mengacaukan pertahanan lawan, 4) membekukan permainan.
Teknik menggiring bola merupakan kemampuan dengan bola, dimana pemain yang menguasai bola sebelum bola itu di passing kepada teman atau untuk menciptakan point, akan melakukan gerakan dengan bola baik itu berupa berlari dengan bola atau gerakan menggiring bola.
Menggiring bola sangat penting dan banyak gunanya dalam permainan bola basket sebagaimana di ketahui bahwa dalam situasi tertentu tidak ada lawan yang menghalangi atau serangan balik (fast break) maka pemain dapat menggiring bola dengan cepat dan leluasa untuk menghasilkan point. Kesulitannya adalah pada saat menggiring bola bila ada lawan yang menghalangi dan mengejar.
Menggiring bola yang benar adalah dengan satu tangan (kanan/kiri). Untuk kemahirannya dianjurkan untuk membiasakan keduanya, jadi yang baik hendaknya seimbang kekuatan menggiring dengan tangan kanan dan kiri.
Jenis menggiring bola adalah: 1) menggiring bola tinggi (untuk kecepatan), 2) menggiring bola rendah (untuk kontrol atau penguasaan), 3) menggiring campuran menurut kebutuhan (Imam Sodikun, 1992:58).
Pendapat dari Imam Soejoedi (1978:30) bahwa menggiring bola dapat di bagi dua yaitu: 1) menggiring bola tinggi. Gunanya untuk memperoleh posisi mendekati basket lawan secepat-cepatnya. 2) menggiring bola rendah. Gunanya untuk menyusup dan mengacaukan pertahanan lawan, dan menggiring bola dalam menghadapi lawan.
Dribble adalah salah satu cara membawa bola. Agar tetap menguasai bola sambil bergerak, anda harus memantulkannya pada lantai. Pada awalnya, bola harus lepas dari tangan sebelum kaki diangkat dari lantai (Hal Wissel, 2000:95).
Beberapa manfaat khusus dribble antara lain: 1) memindahkan bola keluar dari daerah padat penjagaan ketika operan tidak memungkinkan, 2) memindahkan bola ketika penerima tidak bebas penjagaan, 3) memindahkan bola pada saat fast break karena rekan tim tidak bebas penjagaan untuk mencetak angka, 4) menembus penjagaan kearah ring, 5) menarik perhatian penjaga untuk membebaskan rekan tim, 6) menyiapkan permainan menyerang, 7) memperbaiki posisi atau sudut (angle) sebelum mengoper ke teman, 8) membuat peluang untuk menembak (Hal Wissel, 2000:95).
Menembak atau Shooting merupakan suatu keterampilan yang paling penting, dan untuk memiliki keterampilan ini diperlukan suatu latihan yang banyak. Gerakan shooting meliputi gerakan mengarahkan dan mengusahakan agar bola jatuh tepat di sasaran (Marta Dinata, 2003:9).
Menurut Imam Sodikun (1992:59), menembak merupakan sasaran akhir setiap bermain. Keberhasilan suatu regu dalam permainan selalu ditentukan oleh keberhasilan dalam menembak. Dasar-dasar menembak sebenarnya sama dengan teknik operan, jadi jika pemain menguasai dasar teknik mengoper, maka pelaksanaan teknik menembak bagi pemain tersebut akan sangat mudah dan cepat dilakukan.
Ada beberapa jenis tembakan yang baik yang perlu dilatih dan dikenal, yaitu: 1) tembakan dengan 2 tangan di dada, 2) tembakan dengan 1 tangan diatas kepala, 3) tembakan dengan 1 tangan, 4) tembakan lay up, 5) tembakan didahului dengan menggiring bola dan langsung mengadakan tembakan lay up, 6) tembakan loncat dengan 1 tangan, 7) tembakan loncat dengan 2 tangan, 8) tembakan kaitan (hook shoot), 9) tembakan lain gaya (Imam Sodikun, 1992:59).
Keterampilan terpenting dalam permainan bola basket ini adalah kemampuan untuk “shooting” atau menembakan bola kedalam jala keranjang. Keterampilan ini merupakan suatu keterampilan yang memberikan hasil nyata secara langsung. Selain itu memasukan bola kedalam jala merupakan inti dari strategi permainan bola basket ini (Vic Ambler, 2000:9).
Tes adalah alat pengukur yang mempunyai standar yang obyektif sehingga dapat digunakan secara meluas, serta dapat betul-betul digunakan untuk mengukur dan membandingkan keadaan psikis atau tingkah laku individu (Anas Sudijono, 2003:66).
Menurut Suharsimi Arikunto (1999:53), tes adalah merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan.
Tes adalah suatu alat atau prosedur yang sistematis dan objektif untuk memperoleh data-data atau keterangan-keterangan yang diinginkan tentang seseorang, dengan cara yang boleh dikatakan tepat dan cepat (Amir Dien Indrakusuma, 1993:21).
Pengukuran dapat diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan untuk “mengukur” pada hakikatnya adalah membandingkan sesuatu dengan dengan atau atas dasar ukuran tertentu (Anas Sudijono, 2003:4). Pengukuran memacu pada observasi atau pengamatan yang hasilnya dinyatakan dalam bilangan atau bersifat kuantitatif.
Pendapat lain mengatakan bahwa pengukuran adalah suatu proses untuk menentukan kuantitas atau jumlah dari sesuatu (Amir Dien Indrakusuma, 1993:22). Rusli Lutan dan Adang Suherman (1999:20) mengatakan bahwa pengukuran merupakan proses pengumpulan informasi. Biasanya pengukuran merupakan penentuan skor secara obyektif berdasarkan performa.
Pemanfaatan merupakan bagian dari proses pengukuran, selain itu pengukuran itu perlu dijabarkan dalam istilah waktu, jarak, jumlah atau banyak tugas yang dikerjakan dengan sempurna. Pengukuran yang baku bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan administrasi dan bimbingan, sedangkan pelaksanaan pengukuran dengan tes yang dibuat oleh guru itu sendiri sangat berguna untuk memenuhi kebutuhan pengajaran.
Evaluasi adalah proses penentuan ukuran atau nilai dari data yang terkumpul. Disebutkan bahwa evaluasi meliputi tes dan pengukuran. Hubungan timbal balik antara tes, pengukuran dan evaluasi dapat diperlihatkan, dimana evaluasi mencakup semuanya (Don Kirkendall, dkk, 1980:2).
Menurut Anas Sudijono (2003:5), bahwa evaluasi pada dasarnya merupakan penafsiran atau interpretasi yang sering bersumber pada data kuantitatif, sedang data kuantitatif merupakan hasil dari pengukuran.
Evaluasi merupakan penentuan nilai atau kelayakan data yang terhimpun. Karena itu evaluasi mencakup pemanfaatan tes dan pengukuran. Pengertian evaluasi juga dapat dikemukakan dalam ungkapan lainnya yakni sebagai proses penilaian secara kualitatif data yang telah diperoleh melalui pengukuran (Rusli Lutan dan Adang Suherman, 1999:20).
Pengukuran dan evaluasi dapat memiliki beberapa tujuan, akan tetapi tidak semua tujuan cocok untuk segala situasi sepanjang waktu. Dalam evaluasi pada hakikatnya adalah peraturan yang sifatnya membimbing dalam suatu kegiatan.
Bentuk tes yang akan dipilih haruslah sesuai dengan kemampuan yang paling dominan dalam cabang olahraga. Dengan demikian kita dapat mengetahui dengan jelas kemampuan yang dimiliki atlit dalam sebuah cabang olahraga. Alat tes yang digunakan dalam pengetesan diusahakan tidak terlalu banyak dan yang paling penting unsur-unsur validitas dan reliabilitasnya terpenuhi.
Pelatih dapat memilih alat tes yang relevan dengan peraturan saat ini. Bila tidak ada, pelatih harus mengkonstruksi tes atau membuat alat tes yang baru, agar relevan dengan peraturan pertandingan saat ini.
Langkah-langkah untuk mengkonstruksi tes penampilan gerak sebagai berikut: (1) tentukan komponen ketrampilan cabang olahraga, (2) rencanakan tes untuk setiap keterampilan, (3) mengujicobakan tes pada kelompok yang besar, (4) melakukan uji validitas, (5) mengevaluasi validitas dan gabungan tes karena tidak ada keterampilan yang mewakili seluruh keterampilan, (6) menguji bobot setiap item dengan cara analisis item dan teknik hubungan ganda (Mary Jane Haskin, 1972:239-240).
Ada dua faktor yang tidak dapat diabaikan dalam mengkonstruksi suatu tes, yaitu: validitas dan reliabilitas. Valid berarti cocok atau sesuai (Amir Dien Indrakusuma, 1993:35). Suatu tes dikatakan valid, apabila tes tersebut benar-benar mengarah kepada apa yang dituju. Tes tersebut benar-benar dapat memberi keterangan atau gambaran tentang apa yang diinginkan.
Validitas dapat definisikan keshahihan suatu tes apabila tes itu dapat mengukur apa yang hendak diukur (Nurhasan, 1987:17). Validitas tingkat ketepatan tes sebagai alat ukur dalam mengungkapkan suatu unsur-unsur didalam gejala yang hendak diukurnya.
Menurut Moh. Nazir (1998:179) ada dua pengertian yaitu validitas muka berhubungan dengan pengukuran atribut yang kongkrit tanpa memerlukan Inferensi. Validitas muka berhubungan dengan penelitian para ahli terhadap suatu alat ukur (Nurhasan, 1987:18). Validitas ada bermacam-macam seperti validitas logis, validitas empiris dan validitas faktor.
Pendapat dari Widiastuti (1998:11), tes adalah valid apabila mengukur unsur-unsur penting gerak yang seharusnya diukur sesuai dengan tujuan pengukuran. Validitas adalah ketepatan pengukuran terhadap unsur-unsur penting yang seharusnya diukur. Jika ada data yang dihasilkan oleh instrumen yang benar dan valid sesuai kenyataan, maka instrumen yang digunakan itu valid. Validitas sebuah tes dapat diketahui dari hasil pemikiran dan hasil pengalaman (Suharsimi Arikunto, 1999:65).
Validitas bukan ditekankan pada tes itu sendiri tetapi pada hasil pengetesan atau skor. Pendapat lain dari Suharsimi Arikunto (1999:69) mengatakan untuk sebuah tes memiliki validitas jika hasilnya sesuai dengan kriterium, dalam arti memiliki kesejajaran antara hasil tes tersebut dengan kriterium.
Reliabilitas menyangkut ketetapan alat ukur, suatu alat ukur yang mantap tidak berubah-ubah pengukurannya dapat diandalkan karena penggunaan alat ukur tersebut berkali-kali akan memberikan hasil yang serupa (Nurhasan, 1987:18).
Reliabel berarti dapat dipercaya. Reliabilitas berarti dapat dipercayanya sesuatu, tes yang reliabel berarti bahwa tes itu dapat dipercaya. Suatu tes dikatakan dapat dipercaya apabila hasil yang diapai oleh tes itu konstan atau tetap, tidak menunjukkan perubahan-perubahan yang berarti (Amir Dien Indrakusuma, 1993:27).
Suatu alat pengukur atau tes adalah reliabel apabila dengan alat pengukur atau tes itu kita peroleh hasil yang selalu sama apabila kita pergunakan untuk mengukur atau mengetes suatu objek. Reliabilitas adalah derajat keajegan hasil pengukuran (Widiastuti, 1998:12).
Berdasarkan uraian diatas, suatu alat pengukur dikatakan reliabel jika alat pengukur itu menghasilkan suatu gambaran (hasil pengukuran) yang benar-benar dapat dipercaya dan diandalkan untuk membuat hasil pengukuran yang dilakukan berulang-ulang dengan memakai alat yang sama terhadap objek dan subjek yang sama maka hasilnya tetap atau relatif sama.
Suatu tes dapat pula memberikan hasil yang tidak dapat dipercaya (unreliable). Unreliabilitas suatu tes ini dapat disebabkan oleh 2 macam faktor, yaitu : “(1) situasi pada waktu tes berlangsung, (2) keadaan tes itu sendiri” (Amir Dien Indrakusuma, 1993:29). Untuk mengatasi hal semacam ini, seorang yang akan menyusun tes harus benar-benar menguasai bahan yang akan diteskan dengan mendalam dan sesempurnanya.
Reliabilitas suatu alat pengukuran dapat ditentukan melalui tiga cara, yaitu: 1) Reliabilitas yang diperoleh melalui pengukuran ulang. 2) Reliabilitas yang diperoleh melalui pengukuran setara. 3) Reliabilitas yang diperoleh melalui teknik belah dua. (Nurhasan, 1987:18-19).
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa instrumen yang memiliki tingkat reliabilitas tinggi cenderung menghasilkan data yang sama tentang suatu variabel atau unsur-unsurnya jika diulangi pada waktu yang berbeda pada sekelompok individu yang sama. Suatu tes harus memiliki tingkat ketepatan yang tinggi dalam mengungkapkan bidang yang jadi masalah penelitian. Yang terpenting dalam pemilihan baterai tes ini adalah harus benar-benar memiliki koefisien korelasi yang tinggi dengan cabang olahraga tersebut, karena baterai tes ini dugunakan untuk mengetahui kemampuan atlit dalam suatu cabang olahraga.
Perkembangan serta kecenderungan sifat pertumbuhan fisik dan perkembangan gerak yang terjadi pada diri manusia sejalan dengan bertambahnya usia, agar mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang baik. Ada beberapa istilah yang harus dipahami oleh setiap pelatih dalam mengetahui perkembangan atletnya, yaitu: pertumbuhan (growth), perkembangan (development), kematangan (maturation), penuaan (aging).
Membicarakan pertumbuhan fisik tidak bisa lepas dari definisi pertumbuhan secara umumnya yang seringkali tertukar dengan istilah perkembangan. Secara sederhana pertumbuhan fisik erat kaitannya dengan perubahan ukuran tubuh, sedang perkembangan dengan fungsi tubuh. Sebagai contoh: besarnya otot, memanjangnya tungkai atau lengan merupakan gejala pertumbuhan fisik. Sedangkan meningkatnya kemampuan dribel, menembak dan lain-lainnya itu merupakan gejala perkembangan.
Pertumbuhan adalah peningkatan ukuran tubuh. Pertumbuhan merupakan hasil dari proses penyempurnaan bagian-bagian tubuh. Misalnya pertumbuhan tinggi badan, panjang kaki, lebar bahu, lebar panggul dan sebagainya (Sugiyanto, 1993:3).
Sedangkan Djauhar Ismail (1990:68) berpendapat bahwa pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran fisik dan struktural dari tubuh dalam arti sebagian atau keseluruhan, menuju keadaan dewasa. Pertumbuhan dapat diukur dengan ukuran tinggi/panjang dalam suatu centimeter, inci atau ukuran berat dalam suatu gram, kilo gram, pound dapat juga pertumbuhan diukur dengan ukuran keseimbangan metabolik, misalnya retensi kalsium dan nitrogen tubuh, umur tulang dan sebagainya. Dan yang dimaksud dari pertumbuhan itu sendiri adalah bertambahnya tinggi seseorang dari masa pertumbuhan memiliki batas umur (Anon, 1993:31).
Dari hasil penelitian bahwa pertumbuhan (tinggi) seseorang banyak sekali dipengaruhi oleh beberapa faktor: a) genetik, b) gizi, c) aktivitas, d) seks, e) lingkungan (Anon, 1993:32). Dalam hal pertumbuhan bagian-bagian tubuh, pertumbuhan panjang kaki dan panjang lengan dan tangan relatif lebih cepat dibanding pertumbuhan togok. Perbandingan bentuk tubuh antara anak laki-laki dengan anak perempuan mulai tampak pada akhir masa anak besar. Anak perempuan menjadi sedikit lebih cepat dalam pertumbuhan lebar panggul. Perbandingan kecepatan tinggi badan antara anak laki-laki dengan anak perempuan juga tidak sama. Antara umur 10 sampai 14 tahun anak perempuan lebih tinggi, dan sesudahnya anak laki-laki menjadi lebih tinggi.
Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks. Dan maksud dari Perkembangan Fisik menurut Djauhar Ismail (1990:68) yaitu kemampuan seorang anak untuk melakukan kegiatan yang lebih bersifat fisik/motorik yang bisa berupa motorik kasar dan motorik halus, misalnya: duduk, jalan, lari, menggunting, menjepit dan lain-lain. Perkembangan dalam Psikologi perkembangan diartikan dengan bertambahnya kemampuan tubuh, termasuk kemampuan gerak, kemampuan kognitif, pertambahan besar otot, kematangan berpikir, pertambahan berat badan, dan lainnya (Anon, 1993:32).
Perkembangan kemampuan fisik terjadi sejalan dengan pertumbuhan fisik. Tubuh yang tumbuh makin tinggi dan makin besar bisa meningkatkan kemampuan fisiknya. Kemampuan fisik yang perkembangannya cukup besar adalah kekuatan, fleksibilitas, keseimbangan. Kekuatan merupakan kemampuan fisik yang dihasilkan dari kemapuan kontraksi otot dalam mengangkat atau menahan beban. Makin besar penampung otot, makin besar kekuatan yang bisa dihasilkan.
Pada anak perempuan secara proposional peningkatan tercepat dicapai pada usia 9 sampai 10 tahun, dan anak laki-laki mencapai pada usia 11 sampai 12 tahun. Anak perempuan 2 tahun lebih cepat dibanding dengan anak laki-laki karena berhubungan dengan kecenderungan perempuan mencapai kematangan biologis dan fisiologis lebih kurang 2 tahun lebih awal dibanding laki-laki.
Fleksibilitas adalah keluasan gerak persendian. Fleksibilitas berkembang cukup pesat pada anak besar. Anak perempuan mengalami peningkatan fleksibilitas secara umum yang cepat sampai usia 12 tahun, dan sesudahnya cenderung mengalami penurunan. Sedang pada anak laik-laki masih terus berkembang sesudah usia 12 tahun.
Keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan posisi tubuh untuk tidak bergoyang atau roboh, baik pada posisi diam maupun pada saat melakukan gerakan. Perkembangan keseimbangan dinamik terjadi pada usia antara 6 sampai 16 tahun, tetapi pada anak laki-laki sedikit melambat peningkatannya pada usia 7 sampai 9 tahun, dan pada usia 8 sampai 10 tahun pada anak perempuan. Mulai usia 8 tahun anak laki-laki cenderung lebih baik dibanding anak perempuan dalam hal keseimbangan dinamik.
Berikut di bawah ini penjelasan perbedaan antara Jhonson battery tes dengan modifikasi Jhonson battery tes.
Tabel 3. Perbedaan Jhonson Battery tes dengan modifikasi Jhonson battery tes
Tes | Jhonson Battery tes | Modifikasi Jhonson Battery tes | Alasan-alasan |
A. Passing |
Passing dengan taget yang tergantung dengan poin 3,2,1. Terdapat tiga gambar berupa gambar segi empat dengan masing-masing ukuran kotak pertama panjang 10 cm lebar 20 cm,. Kotak kedua panjang 25 cm, lebar 40 cm. Kotak ketiga panjang 40 cm, lebar 60 cm.
Dengan ketinggian target 152,4 cm. 3 poin jika masuk garis segi empat bagian dalam dua poin jika masuk garis segi empat bagian tengah, satu poin jika masuk garis segi empat bagian luar |
Passing dengan target di dinding dengan poin 3, 2, 1, terdapat tiga lingkaran dengan warna yang berbeda-beda. Dengan jarak passing ke target 3 meter dan tinggi target 1 meter. Skor yang diperoleh jumlah lemparan yang mengenai target yang sudah terdapat poin-poinnya 3,2,1. 3 poin jika masuk garis dilingkaran paling dalam, 2 poin jika masuk garis dalam lingkaran kedua dan 1 poin jika masuk garis lingkaran paling luar.dan bila tidak terkena semua target diberi nilai 0. | Dengan memodifikasi
tes anak usia 10-13 tahun puteri akan mudah melakukan passing dengan target yang cepat tepat dan akurat. |
B. Dribbling |
Dribble zig-zag selama 30 detik dari garis star yang ditentukan. Jumlah yang didapat menentukan skor dengan masing-masing skor yang telah ditentukan. | Dribble circle, mendribbel bola melalui melalui garis tiga angka base line kanan sampai garis tiga angka base line kiri dengan memutar. Pada saat start Dribble menggunakan tangan kanan dan pada saat pembalikan menuju garis finish menggunakan tangan kiri sampai garis finish. Waktu yang diperoleh menentukan skor. | Dengan modifikasi tes dribble anak usia 10-13 tahun puteri akan lebih cepat melakukan dribble circle menggunakan kedua tangannya. |
C. Shooting |
Shooting di bawah ring basket selama 30 detik, dengan poin satu setiap masuk kedalam keranjang | Shooting di bawah ring basket dengan melakukan sebanyak 10 kali tembakan. Dengan poin 1 setiap kali masuk ke keranjang basket. | Dengan modifikasi tes shooting anak usia 10-13 tahun puteri kemampuan anak untuk melakukan shooting lebih dekat ke keranjang untuk memasukkan bola akan merangsang gerak otomatisasi shooting. |
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini, secara umum menyimpulkan bahwa hasil penelitian diperoleh nilai validitas dan reliabilitas yang signifikan dari masing-masing item tes, karena nilai r lebih besar daripada harga kritik dalam tabel. Passing 10 bola nilai validitasnya 0,65 dan nilai reliabilitasnya 0,73. Shooting 10 bola nilai validitasnya 0,83 dan nilai reliabilitasnya 0,69. Dribble nilai validitasnya 0,64 dan nilai reliabilitasnya 0,72. Keseluruhan tiga item tes memiliki nilai reliabilitas sebesar 0,73. Norma Instrumen untuk kategori sangat baik dengan skor persentil range > 243, kategori baik dengan skor persentil range antara 183-242, kategori cukup dengan skor persentil range antara 123-182 kategori kurang dengan skor persentil range antara 63-122, dan kategori sangat kurang dengan skor persentil range <62.
Saran
Berdasarkan hasil penelitan tersebut di atas, maka peneliti dapat memberikan saran-saran sebagai berikut: 1) Pembina serta pelatih bola basket, khususnya pelatih untuk usia 10 – 13 tahun diharapkan dapat mempergunakan instrumen tes ini sebagai alat ukur dalam penelitian tes keterampilan tehnik dasar bola basket. 2) Disarankan agar diadakan penelitian lanjutan untuk menghasilkan suatu instrumen baku sebagai alat dalam mencari calon atlet bola basket mulai dari usia 10 – 13 tahun keatas.
DAFTAR RUJUKAN
Ambler, Vic. 2000. Petunjuk untuk Pelatih dan Pemain Bola Basket. Bandung: CV. Pioner Jaya.
Amier Dien Indrakusuma. 1993. Evaluasi Pendidikan. Malang: Penerbit IKIP Malang.
Anas Sudijono. 2003. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Anon. 1993. Fisiologi Dasar dan Anatomi. Jakarta: Pusat Pendidikan dan Penataran KONI Pusat.
Anon. 2000. Peraturan Permainan Bola Basket Mini. Jakarta: Dirjen PLS Pemuda dan Olahraga.
Danu Hoedaya. 2001. Pendekatan Keterampilan Taktis dalam Pembelajaran Bola Basket. Departemen Pendidikan Nasional: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1990. Peraturan Bola Baket Mini. Jakarta: Direktorat Keolahragaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Djauhar Ismail. 1990. Tumbuh Kembang Anak: Kursus Penyegaran IDAI cabang Yogyakarta. Yogyakarta: Fakultas Kedokteran UGM.
Harsono. 1993. Latihan Kondisi Fisik. Jakarta : KONI Pusat.
Haskin, Mary Jane. 1972. Evaluation in Physical Education. Iowa: WMc. Brown Co. Publisher.
Imam Sodikun. 1992. Olahraga Pilihan Bola Basket. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Imam Soejoedi. 1978. Permainan dan Metodik. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Kirkendall, Don, Joseph J. Gruber dan Robert E Jhonson. 1980. Measurement and Evaluation For Physical Education. Iowa: Brown Co Publisher.
Marta Dinata. 2003. Dasar-Dasar Mengajar Bola Basket. Bandar Lampung: Cerdas Jaya.
Matakupan, J. 1995. Teori Bermain. Jakarta: Depdikbud.
Moh. Nazir. 1998. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Neuman, Hannes. 1988. Basket Ball Grundschole, Terjemahan Agus Setiadi, Bola Basket Pendidikan Dasar dan Latihan. Jakarta: Gramedia.
Nurhasan. 1987. Buku Materi Pokok Tes dan Pengukuran. Jakarta: Penerbit Kurnia Universitas Terbuka.
Rusli Lutan dan Adang Suherman. 1999. Pengukuran dan Evaluasi Pendidikan Jasmani. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah.
Stocker, Gerhard, et al. 1988. Bola Basket dari Permainan sampai Pertandingan. Jakarta: PT. Gramedia.
Sudjana. 1996. Metode Statistika. Bandung: Tarsito.
Sugiyanto. 1993. Pertumbuhan dan Perkembangan Gerak. Jakarta: Pusat Pendidikan dan Penataran KONI Pusat.
Suharsimi Arikunto. 1999. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Tomoliyus. 2001. Pendekatan Ketrampilan Taktis dalam Pembelajaran Bola Basket. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah.
Vincent, William J. 2005. Statistika dalam Kinesiologi, diterjemahkan oleh Del Asri. Jakarta: Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Jakarta.
Widiastuti. 1998. Tes dan Pengukuran Olahraga. Jakarta: FPOK IKIP Jakarta.
Wissel, Hal. 2000. Bola Basket: Dilengkapi dengan Pemahiran Tehnik danTaktik, Penerjemah : Bagus P. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
[1] Del Asri, S.Si. dan Drs. Johansyah Lubis, M.Pd. adalah Dosen pada Program Studi Pendidikan Jasmani, Jurusan Sosiokinetika, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Jakarta.
[2] Zainal Arifin, S.Pd. adalah Dosen pada Program Studi Pendidikan Jasmani, Jurusan Sosiokinetika, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Jakarta.